Menjadi Versi Terbaik

be-the-best-version-of-you

Gambar dari sini

Saya sering tersenyum sendiri melihat bayi-bayi sekarang sudah memakai jilbab. Lucu-lucu lagi jilbabnya. Tapi bagi saya waktu itu—menjelang masuk SMP—memakai jilbab bukanlah sebuah hal yang menarik, apalagi lucu, hehe. Selain karena siswi berjilbab di sekolah masih jarang (kecuali di sekolah yang memang berbasis Islam), saat itu saya mengidentikkan perempuan berjilbab dengan orang yang lemah lembut, bicaranya halus dan manis, geraknya anggun, dan nggak tomboy, haha. Sementara saya sedang badung-badungnya. Hobinya main panjat-panjat pohon dengan celana selutut, main kelereng, dan rajin main bola tiap sore, hehehe. Saya kira, sebenarnya alasan saya enggan berjilbab cukup simpel: (saat itu) berjilbab membuat saya merasa menjadi orang lain.

Kemudian suatu sore bapak mengajak saya ke sekolah tempat beliau mengajar. Tepat waktu itu sedang ada sekelompok anak berseragam biru putih yang sedang berlatih upacara. Satu sosok perempuan langsung menarik perhatian saya. Ya, ada satu anak yang berjilbab. Kerennya lagi, dia sama sekali tidak terlihat seperti gambaran saya terhadap siswi berjilbab, haha. Saat itu saya melihatnya berpindah kesana-kemari dengan lincah, bersuara lantang, membaur dengan nyaman bersama rekannya yang lain, dan tertawa-tawa riuh. Persis seperti kelakuan saya 😀

Saya memang tidak lama memandangnya karena setelah itu saya sibuk berpikir, hehe. Mulai deh ada suara-suara yang berdiskusi sendiri di dalam sana *tunjuk kepala*

Lha mbaknya tadi pakai jilbab tapi masih bisa lincah

Lha mbaknya tadi pakai jilbab dan tetep bisa seru-seruan

Lha mbaknya tadi pakai jilbab tapi… dst dll dsb dlsb

Pada intinya kemudian saya menyadari jilbab nantinya tidak harus membuat saya menjadi orang lain. Saya hanya akan berubah, menjadi saya yang berjilbab. Yang mana sesuai apa yang saya yakini, berjilbab adalah lebih baik. Sejak saat itu, gambaran menjadi siswa SMP yang berjilbab tidak terasa aneh lagi.

Belasan tahun kemudian saya semakin menyadari arti penting pengalaman pertama mengenakan jilbab itu. Identitas diri adalah salah satu hal pokok yang seringkali kita bangun dengan susah payah. Jilbab sendiri merupakan salah satu bentuk identitas, yaitu identitas seorang muslimah. Namun lebih dari itu, pada kelanjutannya setiap pilihan dalam hidup selalu saya pertimbangkan sebagai wujud pembentukan diri sendiri. Meskipun pilihan itu diilhami dari orang lain, mengikutinya tidak menjadikan saya sebagai dia. Pilihan itu pasti dengan suatu cara akan melentur, mengambil bentuk yang paling sesuai dengan karakter saya.

Jilbab ini, yang alhamdulillah belasan tahun lalu mulai terpasang secara permanen, selalu menjadi pengingat sederhana bahwa setiap keputusan sejatinya adalah bagi diri saya sendiri. Lewat keputusan berjilbab itu juga, saya seperti selalu diingatkan kembali bahwa sebuah perubahan tidak akan serta merta mengubah siapa kita sesungguhnya. Hanya karena sehelai kain di kepala lalu saya berubah lemah lembut? Duh, sayangnya tidak 😀

Suatu perubahan hanya bisa kita yakini sebagai langkah kecil kita menuju versi diri kita yang terbaik.

Iya, versi diri kita sendiri, hanya saja lebih baik.

Karena setiap pribadi adalah unik dalam caranya masing-masing 🙂

PS: Tulisan ini sekalian jadi hadiah milad (lagi) deh. Be the best version of you! 😀

 

2 pemikiran pada “Menjadi Versi Terbaik

Tinggalkan komentar